Minggu, 09 September 2012

Speaks with your action guys!


“Fakir Miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”

Kalimat yang tertera dalam  pasal 34 ayat 1 UUD'45 tentu tak lagi asing.Secara teori,benar adanya fakir miskin dan anak telantar dipelihara oleh negara.Akan tetapi,praktiknya?Who knows? Pada kenyataannya seringkali ditemui fakir miskin mengemis dari rumah ke rumah atapun sekedar tidur di kolong jembatan dan tempat-tempat kumuh.Bahkan,anak-anak yang sepatutnya menikmati masa kecil mereka dengan belajar dan bermain, berada di pinggir jalan,menunggu lampu merah untuk menjajakan koran,ngamen ataupun hanya sekedar meminta ecehan rupiah.Miris bukan?Banyak orang yang peduli kemudian langsung turun tangan membantu namun banyak juga yang hanya geleng-geleng kepala berkata “kasihan ya?”ataupun yang lebih sering terjadi mengutuk negara yang tidak becus dalam memelihara kaum terpinggirkan seperti mereka.

Berkata kasihan ya?Memang mudah.Terlebih lagi hanya mengutuki negara dengan kata-kata blablablablabla hingga mulut berbusa.Sangat mudah!Bagaimana tidak?Sekedar ucapan kasihan ataupun kata-kata kasar mengumpat negara bisa dibilang hanya sekedar “omong doang bukan?Fakir miskin serta anak telantar di Indonesia pada tahun 2012 memang mengalami penurunan.Data Badan Pusat Statistik yakni pada bulan Maret 2012 menunjukkan bahwa jumlah orang miskin dari tahun ke tahun mengalami penurunan secara signifikan.Saat ini sekitar 29 juta orang miskin terdapat di Indonesia.Meskipun hasil pengamatan Badan Pusat Statistik tahun ini mempublikasikan hasil yang cukup menggembirakan tetapi tak dapat dipungkiri bahwa keberadaan  kaum terpinggirkan masih menunggu adanya uluran tangan guna memperjuangkan hak mereka untuk hidup dengan layak dan mengenyam pendidikan.

Tidak ada yang membenarkan  perbuatan orang miskin diluar sana yang meminta-minta,tidur di tempat yang kumuh seperti kolong jembatan ataupun emperan toko.Selain itu juga tidak ada satupun yang bisa membenarkan anak-anak diluar sana menjajakan koran,mengelap kaca mobil,ngamen ataupun juga skedar meinta-minta saat lampu merah.Tidak ada satupun yang bisa membenarkan perbuatan mereka.Akan tetapi mereka bisa apa?Karena pendidikan yang rendah,mereka tak bisa mencari pekerjaan dengan  mudah.Karena wawasan yang kurang,mereka tak lagi mempedulikan sekolah.Bagi mereka, bisa makan sehari sudah merupakan kado yang begitu berharga.Kesempatan yang tak kunjung datan pada akhirnya membuat mereka putus asa dan menyerah terhadap keadaan yang sebenarnya sungguh membelenggu mereka.

Situasi,kondisi,kesempatan dan sistem yang ada membentuk kaum terpinggirkan seperti mereka.Bayangkan saja kaum menengah ke atas ataupun anak muda dengan hedonisme yang begitu tinggi bolak-balik nongkrong di mall,menjinjing tas mahal,mengendarai mobil mewah,mengenyam pendidikan hingga ke luar negeri namun diluar sana masih banyak orang kelaparan,masih banyak orang susah untuk berobat bahkan masih banyak orang yang ingin sekolah namun tak mendapatkan kesempatannya.Lagi-lagi pemerintah tidak becus hah?

Cukuplah mengutuk negara dengan segala macam  tetek bengeknya dengan kata-kata tidak becus yang sebenarnya hanya sekedar” ngomong doang”.Sekarang berkacalah pada diri sendiri,sudahkah kita benar-benar terjun membantu mereka?Sudahkah kita benar-benar becus untuk peduli terhadap mereka?Sudahkah kita melakukan suatu gebrakan untuk mengajak orang lain peduli terhadap keberadaan mereka?

Derajat kita bukan di atas mereka.Derajat manusia di mata Tuhan sama dan hanya amal yang membedakannya.Lantas kenapa harus apatis terhadap segala sesuatu tentang mereka?Bukalah mata dan hati ,pikirkan dengan jernih bahwa kita hanya lebih beruntung dari mereka.Kita hanya beruntung.Sepatutnya malu jika kita,generasi muda yang mungkin masih cengeng dan berfoya-foya terhadap hasil jerih payah orang tua hanya sekedar berkata”kasihan ya?”.Mungkin banyak yang berkata malu tetapi tetap diam di tempat tanpa melakukan apapun.Sama seperti kasus di atas,banyak yang merasa kasihan tetapi lebih memilih untuk merasa miris saja melihat kondisi yang terjadi.Kita muda,kuat dan tentu saja lebih beruntung daripada kaum terpinggirkan seperti mereka.Lantas mengapa harus berdiam diri?Berawal dari kegelisahan tentang keberadaan mereka, Kak Hetty sebagai pencetus ide Hugo Hatta Club mengajak penulis dan teman-teman muda yang peduli untuk selalu bekerja memperjuangkan hak mereka.

Hugo Hatta Club dibentuk bukan untuk mengangkat pamor pengurus terlebih untuk mencari keuntungan.Tentu saja Hugo Hatta berjuang agar anak muda mau menolong,mau melihat realita bahwa masih ada yang harus dibantu. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan tetapi keberadaan Hugo Hatta dengan segala program yang telah disusun menunjukkan bahwa kita sudah selangkah lebih maju daripada sebagian orang yang masih diam di tempat bukan?So speaks with your action guys!Seperti yang pernah John F.Kennedy katakan "Jangan tanyakan apa yang negara berikan untuk Anda,tetapi tanyakan apa yang sudah Anda berikan untuk negara"




Delegasi Hugo Hatta Surabaya